KALA bicara kekuasaan, sejumlah partai politik (parpol) koalisi pendukung pemerintahan ramai-ramai mendekat. Tapi ketika tengah terjadi persoalan dan tekanan, seolah ramai-ramai menjauh.
Sejak awal adanya rencana demonstrasi 4 November secara besar-besaran, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ibarat bertindak sendiri menangani “ini-itu” dengan harapan, jalannya demo 4 November berjalan tertib dan damai.
Bukan hanya soal instruksi pengamanan di sana-sini, tapi juga terkait meredam emosi massa. Emosi yang terpicu akibat dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Apa-apa pasti merujuk pada Presiden Jokowi. Sampai menemui para ulama agar massa bisa teredam emosinya menjelang demo, juga harus Jokowi yang melakoni. Sementara parpol-parpol pendukungnya entah ke mana.
Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI itu menemui ulama demi bisa sharing atau bertukar pikiran. Tujuannya agar semua permasalahan yang bisa menyinggung isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) bisa dihindari dan tidak merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan 2 Botol Coca-Cola kamu bisa liburan
“Saya percaya para ulama, pewaris nabi dan penerus tugas-tugasnya, membawa kabar yang baik, menjaga umat, memberikan peringatan, memberikan tuntutan kepada umat kita semuanya. Nasihat yang penuh kesejukan, penuh kedamaian saya kira saat ini sangat diperlukan,” ungkap Jokowi di Istana, Selasa 1 November lalu.
Pembahasan serupan juga dijadikan salah satu topik pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di Hambalang, Kabupaten Bogor pada Senin 31 Oktober silam. Pertemuan yang menggambarkan terjaganya persatuan dan kesatuan, kendati punya banyak perbedaan di republik yang majemuk ini.
Sedikitnya back-up yang diterima Jokowi – itu pun baru-baru ini, didapati dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto. Sisanya (parpol Koalisi Indonesia Hebat), tak kelihatan perannya untuk menutupi ruang politik kebangsaan, seperti yang diungkapkan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti.
“Saat presiden dihadapkan masalah kebangsaan, koalisi besar kekuasaannya seperti tidak berdaya dan bekerja optimal. Tak nampak upaya yang cukup dan signifikan dari koalisi parpol pendukung presiden, untuk melakukan langkah-langkah yang bantu presiden menutupi ruang politik kebangsaan tadi,” ujar Ray kepada Okezone, Rabu 2 November malam lalu.
“Ujung-ujungnya harus presiden sendiri yang menangani dan terlibat langsung. Koalisi politik yang dominan dan besar bahkan seperti tak berdaya menepis situasi politik yang menautkannya dengan presiden. Koalisi terlihat efektifnya dalam urusan kekuasaan. Tapi tak terlihat dalam urusan menutupi sisi yang terlupakan dari kebijakan dan pilihan-pilihan program politik presiden," pungkasnya.(sumber)
0 Komentar untuk "FOKUS: Jokowi Gerilya Sendiri Turunkan Tensi, ke Mana Parpol Koalisi?"