-->

Tajuk

Farid Nyak Umar Ajak Pemuda Banda Aceh Tanamkan Sifat Cinta Budaya dan Sejarah

Banda Aceh - Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar, mengajak para pemuda Banda Aceh untuk mencintai budaya Aceh dan menjaga khazanahnya. Ia menekankan bahwa kebudayaan dan sejarah harus dijaga oleh generasi muda saat ini. 


Hal tersebut disampaikan Farid saat bertemu dan berdiskusi dengan para pemuda Banda Aceh cinta sejarah, di Taman Budaya, Minggu 12 Maret 2023.


Farid menyadari bahwa di era globalisasi saat ini, warisan kebudayaan sedang mengalami kemerosotan di kalangan pemuda. Dampak arus globalisasi yang membawa kecanggihan teknologi, memiliki efek positif dan negatif bagi generasi muda. Oleh karena itu, Farid menganggap penting bagi generasi muda Aceh untuk menjaga kebudayaan dan sejarah Aceh agar tetap lestari.


"Kita melihat kondisi hari ini sebahagian pemuda terbawa arus globalisasi, tren, dan gaya hidup dari budaya dari luar. Jika pemuda hari ini tidak melihat dan peka terhadap itu, maka kebudayaan kita sendiri yang akan tergerus seiring perkembangan masa," kata Farid.


Farid mengatakan, dengan menanamkam cinta terhadap kebudayaan dan sejarah tak ubahnya seperti menyelamatkan peradaban suatu negeri atau bangsa. Apalagi Aceh yang memiliki begitu banyak kebudayaan dan sejarah yang diwariskan oleh para pendahulu di masa lalu. Salah satu contoh dalam bidang literasi dan ilmu pengetahuan. Aceh telah melahirkan banyak tokoh pahlawan dan _keuneubah_ dalam bentuk fisik dan immateriil, seperti kuliner, bahasa, perilaku, dan peninggalan-peninggalan situs sejarah yang tersebar di Provinsi Aceh.


"Rasa peka dan keingintahuan sejarah itu harus ditumbuhkan dalam sanubari generasi hari ini, agar mereka terhentak sikap, sifat, dan perilakunya untuk menjaga _keunebah_ tersebut," ujar Farid yang juga Ketua DPD PKS Banda Aceh.


Oleh karena itu, Farid berharap generasi muda Aceh memiliki usaha dalam menjaga dan mempertahankan kebudayaan dan sejarah Aceh sebagai bagian dari identitas mereka.


"Sebagai daerah yang memiliki sejarah yang kuat, bahkan pernah dikenal di dunia, generasi Aceh hari ini harus membentengi diri dengan pengetahuan kebudayaan daerahnya, agar mereka bisa mengenal indatu dan sejarah daerahnya yang begitu kental sarat nilai historis yang tinggi," imbuhnya.

Dyah Apresiasi Motif Rumpun Biluluk Abdya

BLANGPIDIE – Keragaman dan keunikan seni budaya memiliki daya tarik tersendiri bagi suatu daerah ataupun bangsa, serta menjadi identitas bagi suatu etnis. Potensi itu tentunya dapat menjadi konsep sekaligus kekuatan pengembangan seni kerajinan budaya dengan ciri khas, untuk mendukung kemajuan usaha kerajinan daerah.

Seperti halnya yang dilakukan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), yang memperkenalkan motif “Rumpun Biluluk” dari Adat Manoe Pucuk atau Tari Pho sebagai motif dan budaya ciri khas dari nanggroe breuh sigupai tersebut.

Pengenalan motif itu, dikemas dalam kegiatan Seminar Bedah Motif Rumpun Biluluk dan Adat Manoe Pucuk/Pho, yang diprakarsai oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Abdya, di Aula Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Abdya, Selasa 14 Juni 2022.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranansda) Aceh, Dyah Erti Idawati, mengaku sangat bangga dan mengapresiasi kerja keras dari DWP, Dekranasda Abdya, dan Majelis Adat Abdya (MAA) yang telah berhasil menemukan dan mengembangkan motif khasnya. Meski terdapat beberapa titik persamaan dengan daerah lain yang serumpun, namun hal itu tetap menunjukkan ciri masing-masing budaya yang mempunyai nyawa dan nafas tersendiri.

“Sebagai suatu bangsa dengan warisan adat dan budaya luhur, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk memelihara warisan endatu. Melalui motif dan adat yang terus dipertahankan,” kata Dyah dalam kegiatan seminar tersebut.

Dyah menyebutkan, dalam tataran nasional, setidaknya ada 40 produk budaya Aceh yang telah ditetapkan menjadi warisan budaya non benda, diantaranya Rumoh Aceh, rencong (Aceh pesisir). Selain itu, tari saman, kerawang dan pacu kude dari Gayo, rapai geleng dari Abdya dan meracu dari Aceh Selatan juga telah ditetapkan menjadi warisan budaya non benda.

Karena itu, Dyah berharap, motif rumpun biluluk dan tradisi manoe pucok ini, akan segera menyusul untuk ditetapkan menjadi warisan budaya non benda. Tentunya ini akan menambah kekayaan khazanah budaya Aceh yang beragam dengan latar belakang suku dan adat yang berbeda. “Produk budaya, menjadi kekuatan dan kelebihan kita di mata dunia. Oleh karena itu, pelestarian produk budaya lokal menjadi sebuah usaha strategis. Bukan saja berfungsi sebagai catatan pencapaian bangsa dan pendidikan bagi generasi penerus, namun juga menjadi duta internasional. Sebab bahasa seni dan budaya adalah bahasa universal, yang dapat dipahami bangsa mana pun tanpa memedulikan garis batas teritorial negara,” ujarnya.

Selain itu, untuk mendukung kemajuan produk lokal, Dyah juga mengajak semua pihak untuk mencintai dan menggunakan produk lokal. Selain berdampak pada sistem perputaran ekonomi setempat, hal itu juga menjadi langkah strategis dalam menjaga eksistensi warisan budaya melalui kerajinan khas daerah yang dimiliki Aceh. “Jangan hanya sekedar bangga saja, tapi juga pakai dan gunakan juga jasa pengrajin lokal,” pungkasnya.

Turut hadir dalam acara itu, Ketua Dekranasda Abdya, Ketua DWP Abdya, Ketua MAA Abdya, dan Tim Dekranasda Aceh.

Nova Buka Rakerda Dekranasda Aceh

Peristiwa.co, Takengon – Gubernur Aceh, Ir. H. Nova Iriansyah, MT, membuka secara resmi Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, di Takengon Aceh Tengah, Jumat 3 Juni 2022.

Nova menyebutkan, Pemerintah Aceh siap mendukung semangat Dekranasda dalam mendukung pertumbuhan kerajinan rakyat. “Visi Dekranasda adalah meningkatkan kemakmuran perajin. Ada semangat meningkatkan ekonomi keluarga dan daerah, karenanya perlu didukung bersama,” kata Nova.

Ditambahkan, para perajin utamanya kaum ibu adalah pahlawan ekonomi yang berjuang demi kesejahteraan rakyat Aceh.

Mereka bukan saja bekerja untuk pertumbuhan ekonomi keluarga, tapi lebih daripada itu, para perajin ini adalah pihak yang melestarikan warisan budaya Aceh. “Mereka (perajin) bekerja memajukan kerajinan rakyat yang menjadi bagian dari warisan budaya,” kata Nova. Warisan budaya tersebut kata Nova, terus dikembangkan secara terus menerus sebagai kearifan lokal yang tidak mungkin dipisahkan. Karena itu, kegiatan para perajin ini perlu didukung penuh oleh pemerintah.

“Pemerintah Aceh dan pemerintah Kabupaten/Kota siap mendukung. Kegiatan para perajin ini adalah warisan budaya indatu yang layak dan harus dilestarikan,” kata Nova.
Nova memberikan apresiasi kepada Dekranasda Aceh yang telah secara konsisten terus mendampingi perajin.

Dekranasda kata Nova, punya peran penting dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ia berharap dengan pendampingan dari Dekranasda, para perajin Aceh bisa menghasilkan produk yang semakin baik sehingga menjadi salah satu penopang ekonomi nasional.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Aceh, Dr. Dyah Erti Idawati, mengatakan, Rapat Kerja Daerah tersebut dilakukan sebagai agenda tahunan dalam rangka menyamakan persepsi, sinergi dan evaluasi serta menyinkronkan program Dekranasda Aceh dengan Dekranasda Kabupaten/Kota se Aceh.

“Tentu juga dalam rangka pembinaan untuk meningkatkan potensi pengrajin daerah,” kata Dyah.

Dyah menyebutkan, pelaksanaan Rakerda yang nantinya akan diisi oleh beragam kegiatan seperti seminar, diharapkan bisa membangkitkan semangat perajin, agar kembali meningkatkan inovasi setelah mengalami masa sulit selama pandemi. Ia menyebutkan, perlu upaya bersama untuk memajukan perajin dan meningkatkan kapasitas mereka utamanya penguasaan teknologi informasi dan teknik produksi.

“Perlu terus kerja sama kita utamanya dalam memberikan pembinaan secara terus menerus untuk membantu perajin menciptakan produk unggulan daerah,” kata Dyah.

Atas nama pengurus Dekranasda, Dyah mengapresiasi gubernur atas dikeluarkannya imbauan penggunaan produk UKM lokal kepada para pemangku kepentingan di Aceh. Hal itu kata Dyah, bisa memacu kreativitas para perajin untuk berlomba menciptakan karya terbaik dan tentu hal itu bisa menumbuhkan ekonomi lokal.

Dyah berpesan agar para perajin terus meningkatkan kualitas produk, baik dari sisi desain maupun warna. Dengan demikian produk para perajin lokal bisa menjadi produk unggulan daerah dan bisa menciptakan kemakmuran bagi perajin.

Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, menyambut baik pelaksanaan kegiatan tersebut di Kota Takengon Aceh Tengah. Ia mengatakan kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi pertumbuhan usaha perajin dan membantu perajin dalam menjalankan usaha.

“Sangat bermanfaat dalam rangka mempromosikan produk dan potensi daerah sehingga menciptakan pusat ekonomi baru yang melibatkan pelaku UKM,” kata Shabela.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, kata Shabela telah memberlakukan berbagai kebijakan untuk melestarikan kerajinan lokal. Bagi ASN dan juga pelajar di Aceh Tengah, Shabela mewajibkan penggunaan pakaian bermotif Karawang Gayo setiap hari Kamis. Selain itu, pelaku usaha pariwisata dan perhotelan juga diimbau menempatkan motif gayo di hotel dan mereka diwajibkan untuk memberikan kopi gayo kepada para tamu. “Bukan kopi dari luar.”

Ketua Umum Dekranasda Pusat, Hj. Wury Maruf Amin, mengharapkan Forum Rakerda Dekranasda Aceh bisa menyatukan pemahaman dan langkah serta seluruh program dekranas bisa dilaksanakan lebih baik lagi di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

“Momentum Dekranasda se Aceh untuk evaluasi program kerja yang sudah berjalan dan menyusun program kerja baru di tahun mendatang. Saya yakin kehadiran Dekranasda mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi perajin di Aceh,” kata Wury Maruf Amin.

Hadir dalam kegiatan itu Wakil Ketua DPRA, Hendra Budian, Anggota DPRA Alaidin Abu Abbas, Bupati Aceh Tengah, Kadis Perindag, Kepala Bappeda, Kepala DPMPTSP, Kadis Kesehatan, Ketua Dekranasda Aceh dan Kabupaten/Kota se Aceh dan juga Ketua DWP Aceh.

Ganjar Pranowo Dapat Gelar Kehormatan 'Teuku' dari Masyarakat Aceh

Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dianugerahi gelar kehormatan Teuku. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Aceh ini ditandai dengan penyematan kepiah mekeutob dan rencong kepada Ganjar yang dalam adat Aceh dinamakan ritual peusijuek.

Adapun pemberian gelar ini dilakukan di rumah Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Prof. Dr. Herman Fithra. Pemberian gelar dipimpin oleh Ketua Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe M Jalil Hasan.

Jalil menjelaskan ritual peusijuek dilakukan masyarakat Aceh ketika kedatangan tamu agung atau tokoh-tokoh yang dinilai berjasa dalam memajukan bangsa. Artinya, tidak semua tamu bisa mendapat gelar ini.

Sementara itu, Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Prof. Dr. Herman Fithra menegaskan pemberian gelar Teuku kepada Ganjar telah melalui proses rembuk sebelumnya.

"Kami dengan beliau Ketua Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe, kita berembuk memberi gelar kepada Bapak Ganjar, kita melihat sepak terjang beliau dalam membangun Indonesia khususnya Jawa Tengah," ujar Herman dalam keterangan tertulis, Minggu 10 April 2022.

Pria yang baru saja dikukuhkan sebagai guru besar bidang transportasi ini memaparkan pada zaman penjajahan rencong yang digunakan dalam ritual peusijuek diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda.

Namun, lanjut Herman, pemberian rencong kepada Ganjar hari ini bisa dimaknai sebagai bentuk semangat Ganjar dalam membangun Indonesia. Khususnya dalam memimpin Jawa Tengah.

"Walaupun dengan rencong yang kecil itu punya semangat yang besar untuk mengusir penjajah. Artinya hari ini diartikan semangat yang besar untuk membangun bangsa ini, memberantas kemiskinan di Indonesia. Kita percaya dengan kemampuan beliau, itu bisa diwujudkan nantinya," ungkap Herman.

Herman menilai Ganjar merupakan sosok pemimpin yang memiliki kedekatan dengan semua golongan tanpa memandang status sosial. Menurutnya, jarang ada tokoh bangsa yang seperti Ganjar.

"Yang saya rasa dan semua orang rasa, beliau sangat humble dan sangat dekat dengan semua lapisan tanpa melihat status sosial. Ini sebenarnya yang kita harapkan tokoh-tokoh bangsa punya karakter seperti ini," tutur Herman.

"Karena itu, kita sepakat memberikan gelar, Teuku Ganjar Pranowo," tandasnya.

Sebagai informasi, kunjungan Ganjar ke Aceh meliputi agenda melantik Pengurus Cabang (pengcab) Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Lhokseumawe Raya masa bakti 2022-2027. Selain itu, Ganjar juga berkesempatan menjadi pembicara dalam kuliah umum di Unimal serta menghadiri acara pengukuhan gelar guru besar Herman di GOR ACC Cunda Unimal, Kota Lhokseumawe, Aceh.(detik)

Ketua DPRK Sorot Keramaian di Blang Padang Saat Magrib

 

Banda Aceh – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Farid Nyak Umar menyoroti aktivitas keramaian di Lapangan Blang Padang saat memasuki waktu shalat maghrib. Hal ini disampaikannya saat melakukan Rapat Koordinasi Forkopimda untuk menyambut bulan suci Ramadhan di Balai Keurukon, Balai Kota, Jumat, 11 Maret 2022.

Farid menyampaikan Banda Aceh menjadi model bagi daerah lain di Aceh dalam berbagai hal, karena Banda Aceh merupakan etalasenya Aceh. Termasuk dalam menerapkan syariat Islam yang saat ini menjadi sorotan terkait keramaian di Blang Padang saat memasuki waktu salat magrib.  

“Wajahnya Aceh itu ada di Blang Padang. Karena disana ada pendoponya wakil gubernur (gubernur), kemudian pangdam, kapolda dan walikota, serta wakil walikota, amat memalukan sekali kalau kemudian itu tercoreng dengan aktifitas pelanggaran syariat islam saat waktu maghrib ataupun di malam hari,” kata Farid Nyak Umar.

Lebih lanjut kata Farid, secara resmi DPRK sudah menyampaikan persoalan tersebut kepada Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman pada 23 Desember 2021 lalu dalam rapat paripurna dewan yang ia pimpin agar kawasan tersebut ditertibkan oleh pihak terkait mengingat berpotensi terjadinya pelanggaran syariat disana. 

“Karenanya melalui forum yang terhormat ini kami kembali minta kepada pak wali kota, agar dapat melakukan koordinasi dengan para pihak yang berwenang. Dan saya tahu pak wali kota sudah mengeluarkan Surat  No. 300/2095/2022 tertanggal 14 Februari 2022 yang ditujukan kepada pak Dandim terkait hal tersebut,” sebut Ketua DPD PKS Banda Aceh itu.

Farid berharap selepas rapat tersebut ada aksi nyata dari pihak terkait, karena sebelumnya persoalan tersebut juga sudah ia sampaikan kepada Kasatpol PP Kota Banda Aceh Pada  27 Desember 2021 juga kepada Plt Kadis Syariat Islam.

“Selama ini pemko sudah bekerja untuk menekan pelanggaran syariat, jangan sampai karena persoalan itu mencoreng apa yang telah digapai selama ini. Karena itu kita berharap setelah pertemuan ini ada aksi ril dari pihak-pihak terkait,” tutur Farid.

Farid menyampaikan bahwa dirinya menerima banyak aspirasi dari para ulama, tokoh masyarakat, para kepala mukim, para da'i perkotaan dan warga kota mengenai kondisi tersebut. Mereka mengeluhkan banyaknya pengunjung yang membanjiri Blang Padang dan menjalankan aktifitas di saat maghrib.

"Banyak keluhan yang disampaikan kepada kami, agar kondisi ini segera ditertibkan apalagi bulan suci ramadhan sudah di depan mata, dan lokasi Blang Padang pun sangat dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman," pungkas Farid.

Back To Top