-->

Tajuk

Terus Berlanjut, Donor Darah ASN Pemerintah Aceh Bertambah Lagi 48 Kantong

Banda Aceh - Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Aceh yang berdinas di Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mengumpulkan 48 kantong darah pada hari ini Jumat 10 Juni 2022 dalam kegiatan donor darah rutin yang dipusatkan di RSUDZA. Dengan penambahan tersebut, maka total yang terkumpul selama 2022 mencapai 4.703 kantong darah.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Muhammad Iswanto saat mengabarkan data capaian pelaksanaan kegiatan donor darah rutin Pemerintah Aceh.

“Syukur Alhamdulillah, jumlah darah yang disumbangkan lewat RSUDZA itu sangat bermanfaat bagi mereka yang memerlukan, ” kata Iswanto.

Iswanto mengatakan, sumbangan 48 kantong pada hari ini menambah jumlah akumulatif yang terkumpul selama 2022, yaitu 4.703 kantong darah. Sementara total terkumpul sejak pertama digelar mencapai 24.938 kantong.

“Terimakasih pada ASN yang begitu antusias mendonorkan darah,” kata Iswanto.

Lebih lanjut, Iswanto menginformasikan jika pelaksanaan kegiatan donor darah rutin ASN Pemerintah Aceh resmi dipusatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) tepatnya di Instalasi Unit Transfusi Darah Gedung Pusdiklat lantai satu.

Menurut Iswanto, pelaksanaan donor darah di RSUDZA akan lebih efektif dan efisien pemanfaatannya. Dimana darah yang disumbangkan para ASN bisa langsung didistribusikan kepada para pasien yang sedang membutuhkan.

Vaksinasi Massal Covid-19 Pemerintah Aceh Kini Capai 101.505

Banda Aceh – Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19 Aceh, Muhammad Iswanto, mengatakan, vaksinasi massal Covid-19 tahap kedua yang digelar Pemerintah Aceh terus berlanjut dan kini telah diikuti sebanyak 101.505 orang. Angka itu terus bertambah setiap harinya, mengingat masih banyak warga yang terus berdatangan untuk mendapatkan layanan suntik vaksin. Mereka umumnya ingin layanan suntikan dosis 2 dan booster.

“Hari ini pelaksanaannya mencapai 235 hari pelaksanaan. Selama pelaksanaan tersebut, sebanyak 101.505 orang dilaporkan telah disuntik vaksin covid-19 di dua lokasi pelaksanaan, yaitu Banda Aceh Convention Hall (BACH) dan Museum Aceh,” kata Iswanto dalam keterangannya di Banda Aceh, Kamis 2 Juni 2022.

Iswanto menyebutkan, jika angka tersebut merupakan mereka yang suntik vaksin di gerai Museum Aceh dan BACH saja. Sementara di seluruh Aceh angkanya mencapai jutaan. Semangat masyarakat, ujar Iswanto, menjadi bukti bahwa semua orang ingin agar pandemi ini segera berakhir.

Iswanto melanjutkan, vaksinasi yang dilakukan di Museum Aceh tersebut tidak lepas dari dukungan TNI dan Polri. Di mana selain vaksinator dari Pemerintah Aceh, vaksinator dari Rumah Sakit Kodam Iskandar Muda dan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Aceh terlibat sejak awal pelaksanaan.

“Terima kasih kami atas nama Satgas kepada seluruh vaksinator. Baik dari Pemerintah Aceh, maupun dari TNI dan Polri,” ujar Iswanto.

Pemerintah Daerah Diminta Segera Data Tenaga Honorer untuk Isi Formasi PPPK dan CPNS

Hasil Audit PMI Tidak Ada Jual Beli Darah di PMI Banda Aceh

Banda Aceh - Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat telah selesai melakukan audit terhadap PMI Banda Aceh terkait dugaan pengiriman darah secara diam-diam ke Tangerang. Berdasarkan hasil audit diketahui tidak ada penyimpangan yang dilakukan pihak PMI Banda Aceh.

Hasil audit itu diketahui berdasarkan surat yang dikirim Ketua PMI Pusat Jusuf Kalla ke Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Dalam surat itu, JK menjelaskan beberapa poin terkait isu jual beli darah yang dilakukan PMI Banda Aceh.

"Kami telah menugaskan staf untuk melakukan audit terhadap pelayanan di UDD PMI Kota Banda Aceh dan UDD PMI Kabupaten Tangerang, yang dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan penyimpangan alih distribusi darah antara UDD PMI Kota Banda Aceh dan UDD PMI Kabupaten Tangerang sebagaimana pemberitaan media," kata JK dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Selasa 31 Mei 2022.

Menurutnya, PMI menerapkan kebijakan apabila ada kelebihan stok darah di suatu UDD PMI dapat dikirim ke UDD PMI lain yang membutuhkan. JK juga berterima kasih atas masukan yang diberikan Gubernur Nova.

"Kami berharap Pemerintah Aceh dapat mengaktifkan kembali kegiatan donor darah di UDD PMI Kota Banda Aceh," ujar JK.

Pengurus Bidang Diklat dan Infokom PMI Kota Banda Aceh Khairul Halim, mengatakan, hasil audit itu sangat berarti bagi PMI Banda Aceh untuk menunjukkan ke publik bahwa pihaknya tidak melakukan jual beli darah. Dia berharap, masyarakat kembali melakukan donor darah di PMI Banda Aceh.

"Hasil audit dari PMI Pusat sangat berarti bagi kami, karena menunjukkan PMI Kota Banda Aceh tidak melakukan kesalahan dan telah melakukan alih distribusi darah dengan taat prosedur," jelas Halim.

"Kita mengimbau kepada masyarakat untuk tetap rutin berdonor darah di PMI Kota Banda Aceh agar bisa membantu pasien di rumah sakit yang sedang membutuhkan darah," lanjutnya.

Meski demikian, PMI Banda Aceh hingga kini masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan Polresta Banda Aceh. Penyelidikan itu terkait pengiriman pengiriman darah ke Tangerang.

"Kita berharap penyelidikan dari pihak kepolisian segera selesai dan mendapatkan hasil yang baik, agar integritas serta nama PMI Kota Banda Aceh kembali pulih di mata masyarakat," terangnya.

Sebelumnya, pengurus PMI Banda Aceh kaget mengetahui adanya pengiriman darah mencapai 2.050 kantong ke Tangerang secara diam-diam. Pengiriman itu diketahui setelah dilakukan sidak ke UDD.

"Ini dasarnya dari kecurigaan kami di pengurus karena ada beredar isu ada pengiriman darah ke Tangerang, kami tidak tahu itu. Kita lakukan sidak di PMI dengan pengurus-pengurus ternyata benar bahwasanya ada pengiriman darah ke Tangerang," kata Sekretaris PMI Banda Aceh Syukran Aldiansyah kepada wartawan, Kamis (12/5).

Ribuan kantong darah itu, katanya, diduga dikirim pada Januari, Februari dan April. Menurutnya, pengurus tidak mengetahui adanya pengiriman tersebut karena selama ini tidak diberi akses ke UDD.

"Selama ini akses kami ke UDD ditutup oleh ketua, kami tidak tahu apa. Data yang kami peroleh darah yang dikirim itu sekitar 2.050 kantong," jelasnya.(detik)

Sekda Aceh Sosialisasi Tentang Wabah PMK dalam Acara Zikir Rutin

BANDA ACEH— Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah, mensosialisasikan tentang wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini marak terpapar pada hewan ternak di Aceh, kepada seluruh peserta zikir dan doa rutin Pemerintah Aceh, Senin, 30 Mei 2022.

Sosialisasi tersebut dilakukan Sekda Aceh, agar ribuan peserta zikir yang berada di tengah-tengah masyarakat bisa mendapatkan informasi yang benar. Sehingga tidak salah dalam mengambil tindakan seputaran hewan ternak yang terpapar PMK.

Dalam kesempatan tersebut Taqwallah menghadirkan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, drh. T. Reza Ferasyi,M.Sc.PhD, sebagai pakar di bidang kehewanan untuk menjelaskan langsung terkait wabah PMK kepada seluruh peserta zikir.

Reza menjelaskan, wabah PMK pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1886 di Malang, Jawa Timur. Di Aceh sendiri wabah tersebut melanda pada tahun 1892, jauh sebelum Indonesia merdeka. Pemberantasan wabah PMK di tanah air mulai digencarkan pada tahun 1974 sampai 1980 dengan menggunakan vaksin O1 BSF. Hingga pada tahun 1986 Indonesia dinyatakan bebas wabah PMK.

“Namun demikian pada tahun 2022 ini, wabah PMK kembali muncul di sejumlah provinsi, termasuk diantaranya Aceh,” kata Reza.

Reza mengatakan, hewan ternak yang terpapar PMK tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga aman bila dikonsumsi dagingnya. Meskipun demikian, penyakit tersebut dapat menimbulkan sejumlah kerugian lainnya yaitu membuat hewan ternak mengalami berat badan dan menurunnya produksi susu. Bahkan penyakit tersebut juga bisa menyebabkan menurunnya populasi hewan ternak.

“Jadi tidak heran selama wabah PMK ini ada, banyak hewan ternak mati mendadak,” kata Reza.

Reza mengatakan, penyakit tersebut membuat peternak sapi, kerbau, dan kambing merugi. Oleh sebab itulah Reza meminta semua pihak untuk mendukung penanggulangan wabah PMK yang ada di Aceh.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi wabah tersebut, pertama, bila ada ternak sapi yang terinfeksi agar segera dilaporkan kepada petugas berwenang. Kemudian petugas segera melakukan tindakan pengobatan dan bila sudah tersedia vaksin agar memberikan kepada hewan yang sehat.

“Hal yang terpenting adalah menjaga kebersihan kandang ternak dan peternak hewan,” ujar Reza.

Kerugian akibat mewabahnya PMK di Aceh dirasakan langsung oleh salah satu peternak sapi di Aceh Besar, Aditya Urahman. Ia mengatakan, selama wabah tersebut melanda sejumlah hewan ternaknya mengalami penurunan berat badan. Bahkan beberapa diantaranya ada yang mati dan keguguran.

“Penjualan sangat susah akibat dari penutupan pasar hewan dan harga jualnya pun sudah turun,” kata Aditya.

Akibat wabah tersebut juga, biaya operasional peternakan hewan juga semakin membesar. Dimana pihaknya harus membeli obat-obatan yang semakin langka. Belum lagi harus melakukan pengobatan bagi hewan yang sakit.

“Saya sebagai peternak memohon perhatian dari Pemkab Aceh Besar dan Pemerintah Aceh untuk segera mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku ini,” kata Aditya. 

Persiapan Idul Adha, Siap-siap Sapi Brasil Bakal Diboyong ke RI!

Pentingnya Imunisasi Anak untuk Cegah Ragam Penyakit

Peristiwa.co, Banda Aceh — Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah, mengatakan, selama tiga tahun terakhir persentase imunisasi anak di Aceh menurun drastis.

Bahkan Aceh menempati posisi ketiga paling rendah secara nasional. Hal tersebut berdampak terhadap meningkatnya jumlah anak di Aceh yang mengalami penyakit menular seperti campak, rubella dan hepatitis.

“Banyak anak meninggal akibat berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan adanya imunisasi, kita harus menyukseskan imunisasi anak sebagaimana suksesnya vaksin Covid-19,” kata Taqwallah kepada seluruh peserta zikir rutin yang ikut secara virtual, dari RSUDZA, Jumat, 27 Mei 2022.

Dalam kesempatan zikir dan doa rutin Pemerintah Aceh yang diikuti ribuan peserta itu, Taqwallah mengajak semua aparatur Pemerintah Aceh untuk menyukseskan imunisasi anak di Aceh.

Ia mengajak mereka yang memiliki anak untuk melakukan imunisasi sesuai tahapan waktunya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Taqwallah menyayangkan banyaknya kabar bohong seputaran imunisasi anak di media sosial.

Hal tersebut berdampak pada menurunnya presentase anak yang diimunisasi. Padahal menurut Sekda Aceh itu, anak yang sehat begitu penting dipersiapkan untuk generasi bangsa yang mendatang.

Lebih lanjut, Taqwallah mengajak semua pihak untuk menyukseskan program pemerintah berupa Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dengan datang membawa anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun ke fasilitas kesehatan terdekat.

Nantinya anak akan diberikan imunisasi untuk mencegah penyakit campak-rubella, Polio, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif mengatakan, BIAN perlu dilaksanakan untuk mengeliminasi penyakit menular pada anak di tahun 2023. Ia mengatakan, cakupan imunisasi rutin di Aceh mengalami penurunan hingga menyebabkan meningkatnya kasus.

“Masyarakat dapat mengakses imunisasi anak ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, klinik, praktik bidan dan pos pelayanan di sekolah dan dayah,” sebut Hanif.

Dalam kesempatan tersebut, Sekda Aceh juga menghadirkan salah satu orang tua dari anak korban penyakit menular akibat tidak melakukan vaksinasi.

Sekda memintanya untuk membagi cerita kepada seluruh peserta zikir, agar menjadi pelajaran dan pengalaman betapa pentingnya imunisasi anak.

Adalah Leni Safitri, ia adalah ibu dari anak laki-laki yang berumur dua bulan setengah. Ia harus kehilangan buah hati tercintanya itu akibat penyakit Pertusis yang menyerang. Ia tak mampu membendung tangisan saat menceritakan hal tersebut, hingga suaranya terbata-bata saat menceritakan anaknya.

“Pada tanggal 21 April 2022 anak saya dirawat di RSUDZA. Sebelumnya dirawat di RS Ibnu Sina Aceh Besar karena demam, batuk terus menerus tidak berhenti selama 8 hari kemudian mengalami sesak napas. Selama dirawat anak saya sempat kejang beberapa kali. Setelah dirawat 3 hari, sesaknya makin berat, sehingga dirujuk ke RSUDZA,” kata Leni.

Oleh sebab kondisi anaknya semakin berat, kata Leni, maka dirawat di ICU anak sampai harus memakai alat bantu pernapasan. Kata dokter anaknya mengalami penyakit pertusis yaitu batuk sampai seratus hari hingga sesak napas.

“Menurut dokter, penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi. Anak saya memang tidak saya imunisasi karena saya takut anak saya demam setelah di imunisasi,” kata Leni.

Leni berharap tidak ada lagi orang tua yang mengalami kejadian seperti yang dialaminya. Oleh karenanya, ia mengajak semua pihak berikhtiar dengan melakukan imunisasi untuk anak-anak , agar mereka terhindar dari penyakit berbahaya. Sehingga bisa tetap sehat, tumbuh dewasa, berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan negara.

Cegah Stunting KKP Tingkatkan Konsumsi Ikan di Daerah

Back To Top