-->

Tajuk

Tahun 2020 Koordinator BPP dituntut “melek” IT terkait KONTRAS TANI

Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo (SYL) sudah merancang sebuah kekuatan besar dalam rangka meningkatkan produksi pangan Indonesia. Guna mendukung kekuatan itu, Pemerintah Aceh Besar melalui Dinas Pertanian Kabupaten Aceh terus melakukan pembenahan-pembenahan baik terhadap Sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA).

Melalui Kepala Bidang Penyuluhan (Kabidluh) Dinas Pertanian Aceh Besar, Fahrizal terus meninjau langsung kesiapan para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

“Saya harus turun kelapangan untuk melihat dan memetakan potensi dalam mengembangkan kawasan sentral sebuah komoditi, misalnya kawasan pengembangan Cabai Merah sebagai salah satu komoditi unggulan Aceh Besar seperti di Gampong Lampanah, Leungah dan Beureunut Kecamatan Seulimeum, potensi Cabai Merahnya sangat bagus”. Jelas Fahrizal.

“dalam Bulan Desember ini saya terus bergerilya kelahan-lahan yang memang berpotensi sebagai wilayah untuk kita kembangkan, ke Kecamatan Peukan Bada juga sudah say lihat langsung dan sangat bagus. Kemudian di Kecamatan Mesjid Raya, di Gampong Ladong, Ruyung, Lamreh dan Ie Seum itu sangat luar biasa, apalagi petaninya adalah petani yang pernah terpilih sebagai petani berprestasi”.

Tambah Kabidluh, Fahrizal saat berada di lahan petani Cabai di Gampong Ladong.
Kunjungan ini sebagai laporan saya ke Bupati Aceh Besar sebagaimana beliau (pak Bupati) sangat mendukung apa yang menjadi program.dari Kementerian Pertanian RI.

Dan mulai tahun 2020 semua Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) harus melek IT (digitalisasi), yang gak bisa IT akan tersingkirkan, karena program pak Menteri Pertanian kedepan, BPP akan menjadi kekuatan dari sebuah Komando Strategis Teknis Pertanian (KONTRAS TANI), ini progam pak Menteri kita yang harus kita laksanakan”. Tegas Fahrizal mantan anak balapan yang tergabung kedalam Nagoya Motor.

“Pak Sekretaris Jenderal (sekjen) Kementan, Momon Rusmono selalu mengatakan dalam forum besar disetiap pertemuan bahwa BPP akan menjadi sebuah ppisat pembelajaran pertanian, pusat konsultasi agribisnis,pusat pengembangan kemitraan usaha pertanian”. Terang KHAIDIR selaku tim Cyber Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar.

“BPP juga berperan dalam pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi pertanian potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan ekonomi diwilayah kerja atau binaan BPP”. Tambah Khaidir meniru ungkapan Sekjen Kementerian Pertanian RI.

Pemerintah Aceh Usulkan Program Magang Petani dan IMT-GT Plus

Thailand - Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah memimpin Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan Tingkat Menteri dan Gubernur (CMGF) dalam Kerjasama Segitiga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Malaysia Thailand (IMT-GT) ke-16 yang berlangsung pada 11-13 September 2019 di Krabi, Thailand.

Dalam paparannya, Nova Iriansyah menyampaikan kemajuan yang telah dilaksanakan dalam korridor kerjasama IMT-GT, serta tantangan-tantangan yang dihadapi. Beberapa paparannya di antaranya adalah turunnya harga komoditas kelapa sawit dan karet yang merupakan dua komoditas utama dalam subkawasan negara anggota, pengembangan pusat produk halal bersama dan peningkatan konektivitas antar kawasan.

Nova menegaskan dalam menghadapi tantangan yang dimaksud, pemerintah daerah yang merupakan anggota dari IMT-GT harus meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan pemerintah pusat, sektor swasta, universitas, dan pemangku kepentingan lainnya.

"Saya optimis bahwa dengan upaya bersama, IMT-GT memiliki potensi besar untuk menjadi tujuan investasi utama. Kita juga perlu meningkatkan kegiatan pada koridor-koridor ekonomi yang telah dibentuk, seperti  contoh koridor ekonomi Ranong-Phuket-Aceh yang mempunyai banyak potensi di segi industri pariwisata, industri dan perdagangan," ujar Nova.

Acara yang berlansung selama tiga hari bermula pada 10 hingga 13 September 2019 bertempat di Sofitel Krabi Phokeethra Hotel tersebut turut dihadiri oleh beberapa perwakilan Pemerintah Aceh lainnya, diantaranya Sekda Kota Banda Aceh, Ir Bahagia Dipl SE, Plt Kepala Kawasan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS), Razuardi, Direktur Utama PT PEMA, Zubir Sahim serta Ketua KADIN Aceh, Makmur Budiman.

Sementara itu Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, Aulia Sofyan, mengatakan salah satu pembincangan penting dalam forum ini termasuk inisiasi baru yang disampaikan oleh Pemerintah Aceh, yaitu program magang petani Aceh di Songkhla, Thailand serta inisiatif pembentukan Kerjasama IMT-GT Plus yang melibatkan Kepulauan Andaman dan Nicobar, India.

Menurut Aulia, Pemerintah Aceh bersama Kadin Aceh mengajukan proposal kerjasama untuk pelatihan magang petani asal Aceh ke negara bagian Songkhla, Thailand, mengingat beberapa keunggulan di bidang pertanian yang ada di Thailand.

“Prestasi Thailand dalam teknologi pertanian di Thailand harus dapat dimanfaatkan oleh Aceh dalam upaya mewujudkan petani yang unggul, modern dan terampil. Hal ini akan menjadi prioritas mengingat sumber pendapatan utama masyarakat Aceh adalah dari sektor pertanian,” kata Aulia.

Kerjasama magang petani dengan Provinsi Songkhla di Thailand diharapkan dapat meningkatkan pengembangan kapasitas petani potensial Aceh serta peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas potensial seperti kopi, padi, jagung dan kakao.

Ketua Kadin Aceh, Makmur Budiman yang merupakan anggota Joint Business Council (JBC) IMT-GT menyambut baik inisiatif yang disampaikan oleh Pemerintah Aceh. Dari sektor swasta, Makmur menyatakan siap untuk mendukung program peningkatan kapasitas petani tersebut.

Selanjutnya, Staf Khusus Gubernur, Iskandar, yang juga Koordinator Kerja sama Aceh - Andaman Nicobar menjelaskan Pemerintah Aceh turut mengusulkan pembentukan inisiatif IMT-GT Plus yang melibatkan Kepulauan Andaman - Nicobar ke dalam koridor ekonomi yang sudah ada.

"Kami melihat potensi kerjasama dengan India di Kepualauan Andaman dan Nicobar dapat memperluas jaringan IMT-GT serta kerjasama di bidang-bidang tertentu seperti pariwisata, peluang perdagangan dan investasi serta pertukaran budaya dan pendidikan,” kata Iskandar.

Menurut Iskandar, langkah ini merupakan tahap awal dalam mengembangkan kerangka kerja sama formal antara India dan IMT-GT. Dirinya berharap kemitraan yang erat dengan India, pengembangan konektivitas maritim khususnya jalur pelayaran Sabang-Phuket-Langkawi-Port Blair dapat ditingkatkan.

“Rencana kita ke depan akan dilakukan feasibility study (FS) dengan kerja sama dari Kementerian Luar Negeri RI tentang potensi pengembangan konektivitas udara dengan rute Kuala Lumpur – Banda Aceh – Port Blair,” kata Iskandar.

[]

Ulat Grayak menyerang Tanaman Cabai Petani Gampong Leungah

Petani Cabai Merah Besar (Capaicum annum L) Gampong Leungah Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar mengeluh akan serangan ulat Grayak (Spodoptera litura) terhadap tanaman cabai yang mulai berbuah.

“Ini serangannya sudah sangat kritis, walaupun pengamatan saya bisa kita bilang 40 persen, tapi daya serangnya sudah berada dititik ambang kerusakan, maka dengan kita buat status kritis, ini  harus dan wajib segera kita ambil tindakan, kalau tidak, maka petani kita akan gagal panen.

Saya akan segera lapor kepada petugas POPT Provinsi”. Ujar Fahrizal, selaku Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar saat meninjau lahan Cabai.

Segala tindakan telah dilakukan oleh petani yaitu menyemprotkan insektisida, tapi hasilnya tidak memberi pengaruh. “ gak mempan lagi dengan jenis racun kimia yang kami gunakan, terkadang kami curiga, insektisida yang kami beli adalah produk oplosan, malah kami kutip ulatnya dan kami rendam dalam cairan kimia tersebut, tapi ulatnya tidak mati”. Ungkap Mardani Harun, ketua Kelompok Tani Pante Chik Man.

“Saya selaku Penyuluh Pertanian di Gampong Leungah, sangat mengharapkan agar segera ada solusi, sayang petani saya dengan kondisi serangan yang sudah sangat parah ini”. Ujar Masri.

Sebagaimana diketahui, ulat grayak ini menyerang daun dengan cara memakan, sehingga daun dipenuhi lubang. “Serangan nya memang tidak langsung pada buah cabai, dan ada juga ulat yang sejenis ini yang memakan buah cabai, tapi spesies lain.

Ulat Grayak ini yakni Spodoptera litura hanya merusak daun, tapi kalau daun habis, proses fotosintesis tidak terjadi, nah ini yang akan menyebabkan gagal panen” Jelas Khaidir, Tim Cyber Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar, yang juga mengambil Program studi Hama Penyakit Tumbuhan saat kuliah Strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Masyarakat Gampong Leungah notabene nya merupakan petani dan peternak, “ada 300 kepala keluarga (KK) di Gampong Leungah ini, dan hanya sekitar 20 KK yang tidak menanam Cabai”. Jelas Samsuar, Keuchik Gampong Leungah.

“mereka (petani) memiliki luas garapan yang berbeda-beda, tadi saya lihat mulai dari setengah hektar hingga mencapai dua hektar per petani”. Ujar Afriadi, yang juga merupakan tim Cyber Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar.

Plt Gubernur: Pertanian di Aceh Butuh Inovasi Baru

Banda Aceh - Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah, mengatakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat membuat lahan pertanian semakin meyusut akibat beralih fungsinya lahan pertanian menjadi pemukiman masyarakat. Karena itu,  Nova mengatakan perlu kiranya melakukan inovasi baru untuk dunia pertanian di Aceh dengan cara mengembangkan teknologi pertanian yang sesuai dengan tuntutan zaman yaitu efektif, efesien, mudah, cepat, dan produktif.

"Kita butuh inovasi baru (sektor pertanian), agar lahan kecil namun bisa menghasilkan produksi pertanian yang berlimpah," kata Nova saat menghadiri International Conference Agricultural Technology, Engineering and Environmental Sciences (ICATES) 2019, di Oasis Hotel, Banda Aceh, Rabu, 21/8/2019.

Namun demikian, untuk mewujudkan itu,  katanya, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu, menjadikan sektor pertanian sebagai sumber utama peningkatan ekonomi di Aceh, meningkatkan kapasitas kerja petani dengan mengenalkan teknologi yang memumpuni dan sesuai zaman, serta menerapkan kebijakan pertanian  berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya alam yang ramah lingkungan.

Lanjut Nova, saat ini sektor pertanian adalah usaha yang paling mendominasi di Aceh, hal itu terbukti dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh hampir mencapai 30 persen, tertinggi diantara sektor lainya. Oleh sebab itu, kata dia, pembangunan di sektor pertanian ini menjadi program pengembangan prioritas di Aceh saat ini.

Untuk mendukung pengembangan sektor pertanian ini, kata Nova, Pemerintah Aceh sudah mengimbau agar pemerintah daerah di tingkat kabupaten dan kota untuk  membatasi  alih fungsi lahan pertanian untuk di jadikan pemukiman warga. "Pemerintah Daerah juga turut memperkuat usaha pertanian ini," katanya

Selain itu Nova juga mengungkapkan, tantangan terberat dunia pertanian di Indonesia khususnya Aceh adalah pola pikir masyarakat yang masih belum bisa menghargai dan melindungi alam dan air. Hal itu, katanya, terlihat dari masih banyaknya masyarakat Aceh yang masih menyia-nyiakan air bersih,

"Bulan lalu saya ke Oregon negara bagian Amerika. Negara bagian yang paling bagus di sektor pertanian. Mereka sangat khawatir apakah anak cucu mereka apakah masih punya stok air di masa depan Meraka sangat menghargai air tumbuhan hutan lebih tinggi dari menghargai manusia," kata Nova.

Ia mengatakan, hal inilah yang harus di tanamkan dalam benak dan sanubari masyarakat Indonesia khususnya Aceh, Sehingga masyarakat bisa lebih menjaga dan menghargai air, dengan tidak mencemari dan bahkan membuang-buangnya demi anak cucu di masa yang akan datang.

BPN Aceh Besar Identifikasi Lahan Sawah Eksisting Tahun 2019 di BPP BAITUSSALAM

Aceh Besar (15/8). Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Aceh Besar melakukan koordinasi dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Baitussalam Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar untuk identifikasi lahan sawah eksisting tahun 2019 di Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya.

Akbar Maulana, dari BPN Kabupaten Aceh Besar bersama tim dari BPP Baitussalam terdiri dari Mantri Tani Kecamatan Mesjid Raya, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) langsung memverifikasi data tersebut kelahan sawah yang berada di Gampong Neuheun Kecamatan Mesjid Raya dan ditemani oleh kelompok tani setempat.

“Kami tim dari Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) BPN Aceh Besar, ketua Tim Hasbi, SH. Ada 85 ha lahan sawah di Kecamatan Mesjid Raya, yaitu di Gampong Neuheun, data kami dari  dari data Citra Satelit, kami bekerjasama dengan BIG (Badan Informasi Geospasial), tapi menurut Mantri Tani lahan sawah produktif hanya 30 hektar, jauh sekali selisihnya”. Jelas Akbar di kantor BPP Baitussalam.

“ Untuk Kecamatan Baitussalam data yang kami punya 248 ha, tapi yang produktif menurut Mantri Tani Kecamatan Baitussalam saat saya hubungi via telpon katanya 148 hektar, kegiatan ini melibatkan BPN, BAPPEDA, PU, DISTAN dan BPS”. Tambahambah nya.

“Kami memberikan data sesuai dilapangan, semoga dapat bermanfaat, di Dinas Pertanian Aceh Besar,untuk kawasan saya, yaitu Kecamatan Mesjid Raya, tepatnya di Gampong Neuheun, sawah produktif seluas 30 hektar”. Jelas Nilawati selaku Mantri Tani setempat.

“Koordinasi ini kami harapkan dapat memberikan satu data yang valid sesuai dilapangan, larna dengan data kita bisa melakukan pembangunan yang lebih baik, hal ini sebagaimana yang selalu diarahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Azhar Abdul Gani kepada kami dilapangan”. Terang Khaidir, Cyber Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar.

Back To Top